1.1.SAMUDERA HINDIA
Samudra Hindia, Samudra Indonesia atau Samudra India adalah kumpulan air terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar
20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh selatan Asia; di barat oleh Jazirah
Arabia dan Afrika; di timur oleh Semenanjung
Malaya, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil.
Luas Samudra Hindia mencapai ± 73.481.000 km²
dengan kedalaman rata-rata 3.850 m. Samudra ini terletak di sebelah Selatan
Benua Asia, sebelah Barat Australia, sebelah Timur dan Selatan Afrika, serta
berbatasan dengan Kutub Selatan.
Berikut ini karakteristik Samudra Hindia.
a. Sebagian besar wilayahnya berada di
belahan bumi Selatan.
b. Satu-satunya samudra yang seluruh
wilayahnya berada di belahan bumi Timur.
c. Wilayah perairannya berfungsi
sebagai penyedia air hujan bagi gejala alam angin monsun untuk sebagian wilayah
Asia dan Australia.
d. Samudra Hindia memiliki arus yang
relatif tenang dan jarang terjadi badai.
e. Samudra Hindia memiliki beberapa
palung laut, seperti Palung Jawa (7.450 m), Palung Weber (7.440 m), dan Palung
Diamantina (7.102 m).
2. 2. Arus Bawah Lautan Samudera Hindia (Subtropik).
a. Di sebelah utara khatulistiwa
Arus laut samudera ini keadaannya berbeda dengan samudera lain, sebab arah
gerakan arus tak tetap dalam setahun melainkan berganti arah dalam 1/2 tahun,
sesuai dengan gerakan angin musim yang menimbulkannya. Arus-arus tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Arus
Musim Barat Daya, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke timur menyusuri
Laut Arab dan Teluk Benguela. Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin
musim barat daya. Arus ini berjalan kurang kuat sebab mendapat hambatan dari
gerakan angin pasat timur laut.
2. Arus
Musim Timur Laut, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat menyusuri
Teluk Benguela dan Laut Arab. Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin
musim timur laut. Arus yang terjadi bergerak agak kuat sebab di dorong oleh dua
angin yang saling memperkuat, yaitu angin pasat timur laut dan angin musim
timur laut.
b. Di sebelah selatan khatulistiwa
1. Arus Khatulistiwa
Selatan, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat sejajar dengan
garis khatulistiwa yang nantinya pecah menjadi dua (Arus Maskarena dan Arus
Agulhas setelah sampai di timur Madagaskar). Arus ini ditimbulkan dan didorong
oleh angin pasat tenggara.
2. Arus
Maskarena dan Arus Agulhas, merupakan arus menyimpang dan merupakan arus panas.
Arus ini juga merupakan lanjutan dari pecahan Arus Khatulistiwa Selatan. Arus
Maskarena mengalir menuju ke selatan, menyusuri pantai Pulau Madagaskar Timur.
Arus Agulhas juga mengalir menuju ke selatan menyusuri pantai Pulau Madagaskar
Barat.
3. Arus
Angin Barat, merupakan lanjutan dari sebagian arus angin barat, yang mengalir
ke arah utara menyusur pantai barat Benua Australia. Arus ini termasuk arus
menyimpang dan merupakan arus dingin yang akhirnya kembali menjadi Arus
Khatulistiwa Selatan
Untuk di
Indonesia sendiri menurut penelitian dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan
(BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan arus laut di perairan Indonesia sangat
dinamis. Hasil pantauan satelit yang diverifikasi lewat pengukuran oseanografis
di laut, ternyata memperlihatkan pola arus laut yang bergerak dari Samudra
Pasifik menuju Samudra Hindia melewati selat-selat di perairan Nusantara kita
ini. Pergerakan arus lintas Indonesia, dikenal sebagai Arlindo, mempengaruhi
perubahan iklim global, memicu kehadiran variabilitas iklim ekstrem, seperti El
Nino dan La Nina, serta berdampak pada kondisi pertanian, perikanan, dan
kebakaran hutan.
Guna menekan
dampak bencana iklim ekstrem sampai seminimal mungkin, pemantauan laut di
wilayah perairan Indonesia menjadi sangat penting. Inti dari pergerakan,
sirkulasi, dan stratifikasi massa air laut di perairan Indonesia ini ternyata
bersumber di wilayah Laut Banda. Laut Banda juga berperan sebagai sumber dan
wahana tempat bercampurnya massa air dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia,
serta mengontrol massa air yang masuk dari Samudra Pasifik serta massa air yang
keluar ke Samudra Hindia. Kesemuanya ini berdampak pada perubahan iklim global.
Di saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra
Hindia, dengan volume massa air rata-rata sekitar 10,5 juta meter kubik per
detik. Massa air laut tadi bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia
melewati selat-selat di perairan Nusantara kita. Alat pantau dipasang di
selat-selat Indonesia guna mengetahui kecepatan arus massa air dan besaran
volumenya. Hasil pantauan pelampung memperlihatkan bahwa massa Arlindo yang
melewati Selat Makassar mencapai 9 juta meter kubik per detiknya.
Massa air
kemudian bergerak ke Selatan, menuju Selat Lombok. Namun, ternyata tidak semua
massa air bisa langsung menerobos Selat Lombok yang sempit itu. Hanya 1,7 juta
meter kubik per detik massa air dari Selat Makassar yang bisa langsung lewat.
Sisanya, sebesar 7,3 juta meter kubik per detik, harus berbelok dahulu ke
Timur, ke arah Laut Banda. Di sini massa air laut tadi bercampur lagi dengan
massa air Samudra Pasifik yang tiba di Laut Banda lewat Laut Halmahera dan Laut
Flores. Seusai berputar putar di Laut Banda, massa air tadi melanjutkan
perjalanan melewati Laut Flores dan Laut Timor menuju Samudra Hindia.
SUMBER :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar