Sabtu, 02 Maret 2013

ARUS BAWAH LAUT SUBTROPIK (OCEOANOGRAFI)0


1.1.SAMUDERA HINDIA
Samudra Hindia, Samudra Indonesia atau Samudra India adalah kumpulan air terbesar ketiga di dunia, meliputi sekitar 20% permukaan air Bumi. Di utara dibatasi oleh selatan Asia; di barat oleh Jazirah Arabia dan Afrika; di timur oleh Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kepulauan Sunda Kecil.
Luas Samudra Hindia mencapai ± 73.481.000 km² dengan kedalaman rata-rata 3.850 m. Samudra ini terletak di sebelah Selatan Benua Asia, sebelah Barat Australia, sebelah Timur dan Selatan Afrika, serta berbatasan dengan Kutub Selatan.
Berikut ini karakteristik Samudra Hindia.
a. Sebagian besar wilayahnya berada di belahan bumi Selatan.
b. Satu-satunya samudra yang seluruh wilayahnya berada di belahan bumi Timur.
c. Wilayah perairannya berfungsi sebagai penyedia air hujan bagi gejala alam angin monsun untuk sebagian wilayah Asia dan Australia.
d. Samudra Hindia memiliki arus yang relatif tenang dan jarang terjadi badai.
e. Samudra Hindia memiliki beberapa palung laut, seperti Palung Jawa (7.450 m), Palung Weber (7.440 m), dan Palung Diamantina (7.102 m).


2. 2.     Arus Bawah Lautan Samudera Hindia (Subtropik).

a.    Di sebelah utara khatulistiwa
Arus laut samudera ini keadaannya berbeda dengan samudera lain, sebab arah gerakan arus tak tetap dalam setahun melainkan berganti arah dalam 1/2 tahun, sesuai dengan gerakan angin musim yang menimbulkannya. Arus-arus tersebut adalah sebagai berikut:
1.    Arus Musim Barat Daya, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke timur menyusuri Laut Arab dan Teluk Benguela. Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin musim barat daya. Arus ini berjalan kurang kuat sebab mendapat hambatan dari gerakan angin pasat timur laut.
2.    Arus Musim Timur Laut, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat menyusuri Teluk Benguela dan Laut Arab. Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin musim timur laut. Arus yang terjadi bergerak agak kuat sebab di dorong oleh dua angin yang saling memperkuat, yaitu angin pasat timur laut dan angin musim timur laut.


b.    Di sebelah selatan khatulistiwa

1.    Arus Khatulistiwa Selatan, merupakan arus panas yang mengalir menuju ke barat sejajar dengan garis khatulistiwa yang nantinya pecah menjadi dua (Arus Maskarena dan Arus Agulhas setelah sampai di timur Madagaskar). Arus ini ditimbulkan dan didorong oleh angin pasat tenggara.
2.    Arus Maskarena dan Arus Agulhas, merupakan arus menyimpang dan merupakan arus panas. Arus ini juga merupakan lanjutan dari pecahan Arus Khatulistiwa Selatan. Arus Maskarena mengalir menuju ke selatan, menyusuri pantai Pulau Madagaskar Timur. Arus Agulhas juga mengalir menuju ke selatan menyusuri pantai Pulau Madagaskar Barat.

3.    Arus Angin Barat, merupakan lanjutan dari sebagian arus angin barat, yang mengalir ke arah utara menyusur pantai barat Benua Australia. Arus ini termasuk arus menyimpang dan merupakan arus dingin yang akhirnya kembali menjadi Arus Khatulistiwa Selatan

Untuk di Indonesia sendiri menurut penelitian dari Badan Riset Kelautan dan Perikanan (BRKP) Departemen Kelautan dan Perikanan arus laut di perairan Indonesia sangat dinamis. Hasil pantauan satelit yang diverifikasi lewat pengukuran oseanografis di laut, ternyata memperlihatkan pola arus laut yang bergerak dari Samudra Pasifik menuju Samudra Hindia melewati selat-selat di perairan Nusantara kita ini. Pergerakan arus lintas Indonesia, dikenal sebagai Arlindo, mempengaruhi perubahan iklim global, memicu kehadiran variabilitas iklim ekstrem, seperti El Nino dan La Nina, serta berdampak pada kondisi pertanian, perikanan, dan kebakaran hutan.
Guna menekan dampak bencana iklim ekstrem sampai seminimal mungkin, pemantauan laut di wilayah perairan Indonesia menjadi sangat penting. Inti dari pergerakan, sirkulasi, dan stratifikasi massa air laut di perairan Indonesia ini ternyata bersumber di wilayah Laut Banda. Laut Banda juga berperan sebagai sumber dan wahana tempat bercampurnya massa air dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, serta mengontrol massa air yang masuk dari Samudra Pasifik serta massa air yang keluar ke Samudra Hindia. Kesemuanya ini berdampak pada perubahan iklim global. Di saat kondisi normal, laju Arlindo bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia, dengan volume massa air rata-rata sekitar 10,5 juta meter kubik per detik. Massa air laut tadi bergerak dari Samudra Pasifik ke Samudra Hindia melewati selat-selat di perairan Nusantara kita. Alat pantau dipasang di selat-selat Indonesia guna mengetahui kecepatan arus massa air dan besaran volumenya. Hasil pantauan pelampung memperlihatkan bahwa massa Arlindo yang melewati Selat Makassar mencapai 9 juta meter kubik per detiknya.
Massa air kemudian bergerak ke Selatan, menuju Selat Lombok. Namun, ternyata tidak semua massa air bisa langsung menerobos Selat Lombok yang sempit itu. Hanya 1,7 juta meter kubik per detik massa air dari Selat Makassar yang bisa langsung lewat. Sisanya, sebesar 7,3 juta meter kubik per detik, harus berbelok dahulu ke Timur, ke arah Laut Banda. Di sini massa air laut tadi bercampur lagi dengan massa air Samudra Pasifik yang tiba di Laut Banda lewat Laut Halmahera dan Laut Flores. Seusai berputar putar di Laut Banda, massa air tadi melanjutkan perjalanan melewati Laut Flores dan Laut Timor menuju Samudra Hindia.
SUMBER :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar