Minggu, 03 Maret 2013

INTERPRESTASI FOTO UDARA


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Pada pembelajaran sebelumnya yaitu tentang penginderaan jauh, dibahas mengenai interpretasi foto udara. Pada mata kuliah penginderaan jauh, segala keterangan, teori dan pembelajaran telah dipelajari termasuk interpretasi foto udara. Namun teori saja tidak cukup dalam mempelajari suatu ilmu, perlu aplikasi atau praktiknya agar pembelajaran semakin akurat. Untuk itu mata kuliah praktikum interpretasi foto udara sangat dibutuhkan agar para mahasiswa secara real dapat membuktikan teori-teori yang telah dipelajari..
Untuk mengetahui kondisi suatu wilayah yang luas tanpa harus langsung turun ke lapangan, dapat dilakukan melalui analisa foto udara ( citra ). Foto udara ( citra) yang dihasilkan melalui pemotretan oleh satelit merupakan foto yang sulit untuk dipahami tanpa analisa terlebih dahulu. Secara manual, analisa citra dapat dilakukan menggunakan alat stereoskop. Dengan bantuan stereoskop ini akan terlihat dalam bentik tiga dimensi dari citra yang diamati sehingga bentuk – bentuk lahan dapat diketahui lebih jelas, berbeda hal bila menganalisa foto udara ( citra) hanya dengan menggunakan mata telanjang yang mana hal ini sangat sulit tentunya. Pada kesempatan ini sesuai dengan mata kuliah praktikum intrepretasi foto udara, yang mempelajari tentang penginterpretasian foto udara dengan mengunakan alat stereoskop yang telah dilaksanakan praktikum sebelumnya. Untuk itu, laporan ini merupakan bukti dan hasil interpretasi


B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberpa masalah sebagai berikut
1.      Apa yang pengertian dengan bentuk lahan dan bentuk lahan asal proses fluvial?
2.      Bagaimana cara melakukan intreprestasi foto udara ?
3.      Bagaimana hasil dari intreprestasi foto udara untuk bentuk lahan pada daerah Bangkinang Barat, Riau?

C.    Tujuan Penulisan
Dari rumusan masalah diatas maka didapatkan tujuan dari penulisan laporan ini adalah
1.      Mengetahui pengertian bentuk lahan dan bentukan lahan asal proses fluvial
2.      Menjelaskan cara melakukan interprestasi foto udara
3.      Mengetahui hasil dari intrespresatis dari pratikum yang selesai dilakukan













BAB II
DASAR TEORI


Lahan merupakan material dasar dari suatu lingkungan (situs) yang diartikan berkaitan dengan sejumlah karakteristik alami yaitu : iklim, geologi, tanah, topografi,dan hidrologi (Aldrich,1981). Lahan juga diartikan sebagai permukaan daratan dengan benda – benda  padat, cair bahkan gas. (Rafi’I 1985).
Bentuk lahan merupakan komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu dataran yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Bentukan lahan dipermukaan bumi yang terjadi karena proses tertentu dan melalui serangkain evolusi tertentu pula (Marsoedi, 1996). Sukmantalya (1995), menjelaskan bahwa bentukan lahan merupakn suatu kenampakan medan yang tebentuk oleh proses alami, memiliki komposisi tertentu dan karakteristik fisika dan visual dengan julat tertentu yang terjadinya dimanapun bentuk lahan tersebut terdapat.
Bentukan lahan memiliki klasifikasi tersendiri, menurut Verstappen (1985) klasifikasi lahan adalah sebagai berikut :
1.      Bentukanlahan bentukan asal vulkanik
2.      Bentukanlahan bentukan asal struktural
3.      Bentukanlahan bentukan asal proses denudasional
4.      Bentukanlahan bentukan asal proses fluvial
5.      Bentukanlahan bentukan asal proses marine
6.      Bentukanlahan bentukan asal proses angin
7.      Bentukanlahan bentukan asal proses pelarutan
8.      Bentukanlahan bentukan asal proses glasial
9.      Bentukanlahan bentukan asal Organik.
BAB III
WAKTU PELAKSANAAN PRATIKUM


A.    Waktu dan tempat pratikum
Hari        : jum’at
Tanggal  : 23 November 2012
Jam         : 08.50-09.30
Tempat   : Laboratorium Geografi, Universitas Negeri Padang

B.     Alat dan bahan praktikum
v  Stereoskop cermin
v  Foto udara(citra)
v  Spidol Snowman mata F ,empat warna
v  Alkohol kadar 75%
v  Penggaris
v  Kapas
v  Selotip bening
v  Gunting
v  Plastik kaca







BAB IV
PEMBAHASAN


A.    Pengertian Bentuk Lahan dan Bentukan Lahan Asal Proses Fluvial

Bentuk lahan (landform) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan masing-masing dari setiap satu kenampakan dari kenampakan secara menyeluruh dan sinambung (multitudineous features) yang secara bersama-sama membentuk permukaan bumi. Hal ini mencakup semua kenampakan yang luas,seperti dataran, plato, gunung dan kenampakan - kenampakan kecil seperti bukit, lembah, ngarai, arroyo, lereng, dan kipas aluvial (Desaunettes, 1977). Wiradisastra et al. (1999) menambahkan bahwa bentuk lahan merupakankonfigurasi permukaan lahan (land surface) yang mempunyai bentuk-bentuk khusus. Suatu bentuk lahan akan dicirikan oleh struktur atau batuannya, proses pembentukannya, dan mempunyai kesan topografi spesifik.
Bentuklahan bentukan asal proses fluvial adalah bentuklahan yang terjadi akibat proses air mengalir baik yang memutus (sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (overland flow) yang bentukan lahannya adalah berupa point bar, meander, dataran alluvial, rawa belakang, endapan braided stream, teras sungai, dan sebagainya.

B.     Cara Melakukan Interpretasi Foto Udara

a.       Untuk melakukan kegiatan interpretasi ini kita membutuhkan antara lain:
1.      Dua buah foto udara
2.      Stereoskop
3.      Selotip
4.      Pena Snowman mata F
5.      Penggaris lurus

b.      Cara pengerjaan interpretasi ini antara lain:
·         Dua buah foto udara yang tipis perbedaan sudut pengambilan gambarnya, biasanya kode foto tersebut tidak jauh jaraknya satu sama lain
·         Siapkan alat stereoskop dan letakan kedua foto dibawah lensa amat, dengan yang lebih kecil berada di sebelah kiri,
·         Buat kedua foto berhimpit dan gambar yang ada pada foto seakan timbul dan nyata.
·         Selotip foto di sebelah kanan dan beri garis pinggir pada foto, setelah itu tentukan titik fokus foto, dengan cara menggaris tengah foto di tengah atas dan bawah sehingga di temukan tanda silang perpotongan.
·         Interpretasikan kembali, dengan tanda silang sebagai titik fokus foto, setelah itu lakukan pemetaan sesuai rona yang ada pada foto.
·         Beri simbol angka pada setiap wilayah yang berbeda ronanya. Dengan ketentuan warna sebagai berikut:
Ø  Warna merah untuk menyatakan rona jalan yang bahannya terdiri dari aspal yang memancarkan rona terang di foto
Ø  Warna hijau menyatakan satuan wilayah, apakah itu sawah, pemukiman, maupun hutan.
Ø  Warna biru menyatakan sungai dengan rona yang terlihat gelap pada foto udara
c.       Tahap – tahap didalam interpretasi kenampakan – kenampakan yang terlihat :
1.      Deteksi kenampakan yang terlihat, yakni memilih (seleksi) pada obyek – obyek yang harus dikaji
2.      Pengenalan dan identifikasi, dimana kenampakan – kenampakan yang telah dipilih diidentifikasi dan diklasifikasikan kedalam kategori – kategori yang telah diketahui
3.      Analisis pola yang dibentuk oleh kenampakan – kenampakan tersebut, apakah pola dari bentuklahan yang ada maupun pola yang menerangkan atau megandung arti tertentu bagi suatu kenampakan, seperti pola – pola aliran sungai, igir, dan lembah
4.      Klasifikasi, yakni mengadakan pengelompokan sesuai denagn sifat dan perwatakan kenampakan tersebut sesuai denagn sifat dan perwatakan kenampakan tersebut, seperti struktur geologi/geomorfologi, proses geomorfologi, kesan topografi dan ekspresi topogarfi.   








C.     Hasil dari Pengamatan Interprestasi Foto Udara
Setelah melakukan pemetaan, identifikasi setiap pembagian wilayah tersebut berdasarkan rona pada foto udara, lalu buat tabel tentang karakteristik wilayah tersebut berdasarkan bentuklahan, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Liputan Lahan
Rona/ Warna
Tekstur
Pola
Ukur
an
Bentuk
Situs
Bayangan
Asosiasi
Konvergen Bukti
Bentuklahan Bentukan Asal Proses Fluvial

-     F1 (meander)













-       F2 (dataran banjir)













-       F3
(teras sungai)






Agak gelap












Agak gelap












Agak gelap







halus













halus













halus







melengkung












-













Mengikuti pola aliran sungai






sedang













sedang













sedang







Setengah lingkaran










-













Berteras dan bertingkat






Daratan dan sungai











Daratan dan sungai











sungai
  






-












-













-








sawah












Pohon dan pemukiman










Vegetasi air







Terdapatnya daratan yang berbentuk setengah lingkaran yang melengkung di sekitar sungai

Terdapat di kanan dan kiri sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut.

Terdapatnya daratan yang berteras didekat sungai akibat proses geomorfologi

            Keterangan dari tabel hasil pembahasan dari hasil pengamatan di atas :
a.       F1 (Meander)
Bentukan pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang lebih lemah.
                                                                                     
                                                                                       
                                                                                                                                        Meander





Gambar dari bentuk Meander pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai)
b.      F2 (Dataran Banjir)

Dataran banjir berupa dataran yang luas yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. Dan secara periodik bentuklahan ini digenangi oleh banjir dari luapan sungai di dekatnya atau dari akumulasi aliran permukaan bebas maupun hujan local. Topografi datar, dengan elevasi yang rendah.

    
                                                                                                                     Dataran Banjir









Gambar dari bentuk dataran banjir pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai).




c.       F3 (Teras Sungai)

Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses- proses yang telah terjadi di masa lalu.teras sungai merupakan satu morfologi yang sering di jumpai pada sungai.Proses deposisi, proses migrasi saluran, proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangat berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level oferosion dan perubahan iklim.



                                                                                                  Teras Sungai







              
Gambar dari bentuk teras sungai pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar