BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pada
pembelajaran sebelumnya yaitu tentang penginderaan jauh, dibahas mengenai
interpretasi foto udara. Pada mata kuliah penginderaan jauh, segala keterangan,
teori dan pembelajaran telah dipelajari termasuk interpretasi foto udara. Namun
teori saja tidak cukup dalam mempelajari suatu ilmu, perlu aplikasi atau
praktiknya agar pembelajaran semakin akurat. Untuk itu mata kuliah praktikum
interpretasi foto udara sangat dibutuhkan agar para mahasiswa secara real dapat
membuktikan teori-teori yang telah dipelajari..
Untuk
mengetahui kondisi suatu wilayah yang luas tanpa harus langsung turun ke
lapangan, dapat dilakukan melalui analisa foto udara ( citra ). Foto udara (
citra) yang dihasilkan melalui pemotretan oleh satelit merupakan foto yang
sulit untuk dipahami tanpa analisa terlebih dahulu. Secara manual, analisa
citra dapat dilakukan menggunakan alat stereoskop. Dengan bantuan stereoskop
ini akan terlihat dalam bentik tiga dimensi dari citra yang diamati sehingga
bentuk – bentuk lahan dapat diketahui lebih jelas, berbeda hal bila menganalisa
foto udara ( citra) hanya dengan menggunakan mata telanjang yang mana hal ini
sangat sulit tentunya. Pada kesempatan ini sesuai dengan mata kuliah praktikum
intrepretasi foto udara, yang mempelajari tentang penginterpretasian foto udara
dengan mengunakan alat stereoskop yang telah dilaksanakan praktikum sebelumnya.
Untuk itu, laporan ini merupakan bukti dan hasil interpretasi
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka dapat dirumuskan beberpa masalah sebagai berikut
1. Apa
yang pengertian dengan bentuk lahan dan
bentuk lahan asal proses fluvial?
2. Bagaimana
cara melakukan intreprestasi foto udara ?
3. Bagaimana
hasil dari intreprestasi foto udara untuk bentuk lahan pada daerah Bangkinang Barat, Riau?
C.
Tujuan
Penulisan
Dari rumusan masalah
diatas maka didapatkan tujuan dari penulisan laporan ini adalah
1. Mengetahui
pengertian bentuk
lahan dan bentukan lahan asal proses fluvial
2. Menjelaskan cara melakukan interprestasi foto udara
3. Mengetahui
hasil dari intrespresatis dari pratikum yang selesai dilakukan
BAB II
DASAR
TEORI
Lahan
merupakan material dasar dari suatu lingkungan (situs) yang diartikan berkaitan
dengan sejumlah karakteristik alami yaitu : iklim, geologi, tanah,
topografi,dan hidrologi (Aldrich,1981). Lahan juga diartikan sebagai permukaan
daratan dengan benda – benda padat, cair
bahkan gas. (Rafi’I 1985).
Bentuk
lahan merupakan komplek fisik permukaan ataupun dekat permukaan suatu dataran
yang dipengaruhi oleh kegiatan manusia. Bentukan lahan dipermukaan bumi yang
terjadi karena proses tertentu dan melalui serangkain evolusi tertentu pula
(Marsoedi, 1996). Sukmantalya (1995), menjelaskan bahwa bentukan lahan merupakn
suatu kenampakan medan yang tebentuk oleh proses alami, memiliki komposisi
tertentu dan karakteristik fisika dan visual dengan julat tertentu yang
terjadinya dimanapun bentuk lahan tersebut terdapat.
Bentukan
lahan memiliki klasifikasi tersendiri, menurut Verstappen (1985) klasifikasi
lahan adalah sebagai berikut :
1. Bentukanlahan
bentukan asal vulkanik
2. Bentukanlahan
bentukan asal struktural
3. Bentukanlahan
bentukan asal proses denudasional
4. Bentukanlahan
bentukan asal proses fluvial
5. Bentukanlahan
bentukan asal proses marine
6. Bentukanlahan
bentukan asal proses angin
7. Bentukanlahan
bentukan asal proses pelarutan
8. Bentukanlahan
bentukan asal proses glasial
9. Bentukanlahan
bentukan asal Organik.
BAB III
WAKTU
PELAKSANAAN PRATIKUM
A. Waktu
dan tempat pratikum
Hari :
jum’at
Tanggal : 23 November 2012
Jam :
08.50-09.30
Tempat : Laboratorium Geografi, Universitas Negeri
Padang
B. Alat
dan bahan praktikum
v Stereoskop
cermin
v Foto
udara(citra)
v Spidol
Snowman mata F ,empat warna
v Alkohol
kadar 75%
v Penggaris
v Kapas
v Selotip
bening
v Gunting
v Plastik
kaca
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Bentuk Lahan dan Bentukan Lahan Asal Proses Fluvial
Bentuk lahan (landform) merupakan istilah yang digunakan
untuk menyatakan masing-masing dari setiap satu kenampakan dari kenampakan
secara menyeluruh dan sinambung (multitudineous
features) yang secara bersama-sama membentuk
permukaan bumi. Hal ini mencakup semua kenampakan yang luas,seperti
dataran, plato, gunung dan kenampakan - kenampakan kecil seperti bukit, lembah,
ngarai, arroyo, lereng, dan kipas aluvial (Desaunettes, 1977). Wiradisastra et al. (1999) menambahkan bahwa bentuk lahan
merupakankonfigurasi permukaan lahan (land
surface) yang mempunyai bentuk-bentuk khusus. Suatu bentuk lahan
akan dicirikan oleh struktur atau batuannya, proses pembentukannya, dan mempunyai
kesan topografi spesifik.
Bentuklahan bentukan asal proses
fluvial adalah bentuklahan yang terjadi akibat proses air mengalir baik yang
memutus (sungai) maupun oleh aliran permukaan bebas (overland flow) yang
bentukan lahannya adalah berupa point bar, meander, dataran alluvial, rawa
belakang, endapan braided stream, teras sungai, dan sebagainya.
B.
Cara
Melakukan Interpretasi Foto Udara
a. Untuk
melakukan kegiatan interpretasi ini kita membutuhkan antara lain:
1. Dua
buah foto udara
2. Stereoskop
3. Selotip
4. Pena
Snowman mata F
5. Penggaris
lurus
b. Cara
pengerjaan interpretasi ini antara lain:
·
Dua buah foto udara
yang tipis perbedaan sudut pengambilan gambarnya, biasanya kode foto tersebut
tidak jauh jaraknya satu sama lain
·
Siapkan alat stereoskop
dan letakan kedua foto dibawah lensa amat, dengan yang lebih kecil berada di
sebelah kiri,
·
Buat kedua foto
berhimpit dan gambar yang ada pada foto seakan timbul dan nyata.
·
Selotip foto di sebelah
kanan dan beri garis pinggir pada foto, setelah itu tentukan titik fokus foto,
dengan cara menggaris tengah foto di tengah atas dan bawah sehingga di temukan
tanda silang perpotongan.
·
Interpretasikan
kembali, dengan tanda silang sebagai titik fokus foto, setelah itu lakukan
pemetaan sesuai rona yang ada pada foto.
·
Beri simbol angka pada
setiap wilayah yang berbeda ronanya. Dengan ketentuan warna sebagai berikut:
Ø Warna
merah untuk menyatakan rona jalan yang bahannya terdiri dari aspal yang
memancarkan rona terang di foto
Ø Warna
hijau menyatakan satuan wilayah, apakah itu sawah, pemukiman, maupun hutan.
Ø Warna
biru menyatakan sungai dengan rona yang terlihat gelap pada foto udara
c. Tahap
– tahap didalam interpretasi kenampakan – kenampakan yang terlihat :
1. Deteksi
kenampakan yang terlihat, yakni memilih (seleksi) pada obyek – obyek yang harus
dikaji
2. Pengenalan
dan identifikasi, dimana kenampakan – kenampakan yang telah dipilih
diidentifikasi dan diklasifikasikan kedalam kategori – kategori yang telah
diketahui
3. Analisis
pola yang dibentuk oleh kenampakan – kenampakan tersebut, apakah pola dari
bentuklahan yang ada maupun pola yang menerangkan atau megandung arti tertentu
bagi suatu kenampakan, seperti pola – pola aliran sungai, igir, dan lembah
4. Klasifikasi,
yakni mengadakan pengelompokan sesuai denagn sifat dan perwatakan kenampakan
tersebut sesuai denagn sifat dan perwatakan kenampakan tersebut, seperti
struktur geologi/geomorfologi, proses geomorfologi, kesan topografi dan
ekspresi topogarfi.
C.
Hasil dari Pengamatan Interprestasi Foto Udara
Setelah
melakukan pemetaan, identifikasi setiap pembagian wilayah tersebut berdasarkan
rona pada foto udara, lalu
buat tabel tentang karakteristik wilayah tersebut berdasarkan bentuklahan,
seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini
Liputan Lahan
|
Rona/ Warna
|
Tekstur
|
Pola
|
Ukur
an
|
Bentuk
|
Situs
|
Bayangan
|
Asosiasi
|
Konvergen Bukti
|
Bentuklahan
Bentukan Asal Proses Fluvial
- F1 (meander)
- F2 (dataran
banjir)
- F3
(teras sungai)
|
Agak gelap
Agak gelap
Agak gelap
|
halus
halus
halus
|
melengkung
-
Mengikuti pola aliran sungai
|
sedang
sedang
sedang
|
Setengah lingkaran
-
Berteras dan bertingkat
|
Daratan dan sungai
Daratan dan sungai
sungai
|
-
-
-
|
sawah
Pohon dan pemukiman
Vegetasi air
|
Terdapatnya daratan yang berbentuk setengah
lingkaran yang melengkung di sekitar sungai
Terdapat di kanan dan kiri sungai yang terbentuk oleh
sedimen akibat limpasan banjir sungai tersebut.
Terdapatnya daratan yang berteras didekat sungai
akibat proses geomorfologi
|
Keterangan dari tabel hasil
pembahasan dari hasil pengamatan di atas :
a.
F1 (Meander)
Bentukan
pada dataran banjir sungai yang berbentuk kelokan karena pengikisan tebing
sungai, daerah alirannya disebut sebagai Meander Belt. Meander ini terbentuk
apabila pada suatu sungai yang berstadia dewasa/tua mempunyai dataran banjir
yang cukup luas, aliran sungai melintasinya dengan tidak teratur sebab adanya
pembelokan aliran Pembelokan ini terjadi karena ada batuan yang menghalangi
sehingga alirannya membelok dan terus melakukan penggerusan ke batuan yang
lebih lemah.
Meander
Gambar
dari bentuk Meander pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai)
b.
F2 (Dataran
Banjir)
Dataran banjir berupa dataran yang luas
yang berada pada kiri kanan sungai yang terbentuk oleh sedimen akibat limpasan
banjir sungai tersebut. Umumnya berupa pasir, lanau, dan lumpur. Dan secara periodik bentuklahan ini digenangi oleh
banjir dari luapan sungai di dekatnya atau dari akumulasi aliran permukaan
bebas maupun hujan local. Topografi datar, dengan elevasi yang rendah.
Dataran Banjir
Gambar dari bentuk dataran banjir pada suatu DAS (Daerah Aliran Sungai).
c.
F3 (Teras Sungai)
Teras sungai dapat dimanfaatkan untuk mengetahui proses- proses yang telah
terjadi di masa lalu.teras sungai merupakan satu morfologi yang sering di jumpai pada sungai.Proses deposisi, proses migrasi saluran,
proses erosi sungai meander dan aliran overbank sangat berperan dalam pembentukan dan perkembangan dataran banjir. Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan dan perkembangan teras sungai adalah perubahan base level oferosion dan perubahan iklim.
Teras
Sungai
Gambar dari bentuk teras sungai pada suatu DAS (Daerah
Aliran Sungai).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar